Kamis, 02 September 2010

Jiwa Pembrontak Pada Anak, Salah Siapa?

Setiap anak selalu mencari contoh dalam perilakunya sehari-hari. Hal-hal yang berkesan dalam diri pribadi mereka, membuat dirinya perlu mencontoh prilaku orang yang dikagumi.

Anak laki-laki menyadari bahwa mereka akan menjadi pria dewasa. Karena pikiran ini, membuat mereka berusaha untuk menjadikan diri mereka seperti ayahnya, begitu pula untuk anak perempuan yang membayangkan diri mereka menurut pola tingkah laku ibunya.

Yang perlu diingat, bahwa tidak ada satu anakpun yang tepat sama seperti ayah dan ibunya. Ada beberapa faktor yang bisa berpengaruh dalam pembentukan sifat atau memegang peranan dalam penentuan watak seorang anak, misalnya:

[*] Tempramen yang dibawanya sejak lahir

[*] Akrapnya hubungan antara anak dan orang tua

[*] Corak hubungan istimewa antara anak dengan orang tuanya.

Sampai usia tertentu, anak mempunyai kecendrungan sikap ingin berdiri sendiri dan tidak mau bergantung pada orang tua. Mereka berusaha menunjukkan kemauannya dengan jalan membangkang terhadap peraturan orang tua dan mengambil contoh yang mereka kagumi sebagai teladan. Hal ini yang sering kali menyebabkan bentrok antara anak dan orang tua. Namun terkadang, anak bentrok disebabkan sikap orang tua yang terlalu melindungi dan kurang memperhatikan keinginan anak.

Faktor lain yang menyebabkan anak brontak adalah keyakinan dan kesadaran orang tua. Misalkan orang tua yang terlalu memaksakan kehendak tanpa melihat dan meminta pertimbangan dari anak. Orang tua merasa bahwa pendapatnya selalu benar, dan anak harus mengikutinya. Akibatnya anak menjadi tidak nyaman atas apa yang dilakukannya, anak melakukan hal yang diperintahkan orang tua hanya berdasar ketakutan bukan atas manfaatnya, walaupun sebagai orang tua tahu apa yang terbaik dan sebaiknya dilakukan anaknya. Tetapi yang tidak boleh ditinggalkan adalah pengertian yang diberikan orang tua kepada anaknya dengan jalan menkomunikasikan setiap permasalahan.

Jiwa pembrontak pada anak adalah suatu hal yang rumit sifatnya. Sesuatu yang tidak dapat diramalkan hasilnya. Namun hal yang harus kita ketahui yaitu bahwa anak itu tumbuh cendrung menurut sikap dan watak yang dimiliki oleh orang tuanya.

Sikap orang tua yang terlalu menghendaki anak hidup dan tumbuh berkembang mengikuti prilaku orang tua, akan menyebabkan prilaku anak menjadi kurang berkembang dalam pergaulan, dan kurang memiliki rasa percaya diri. Seorang pribadi yang dididik dengan keras dan kaku, akan menjadi korban dari prilaku (pendidiknya) karena keadaan yangt dihadapi telah berubah. Ia akan menjadi orang yang penakut, tidak percaya diri, sehingga hidup tidak mendatangkan kebahagiaan.

Ada sebagian orang tua yang mudah sekali menimpalkan kesalahan kepada anaknya, tanpa memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengoreksi dan mengadakan perubahan yang lebih baik sehingga seolah-olah masalah itu adalah cap yang tidak dapat hilang dan dimaafkan. Dari sikap ini muncul sika anak yang tidak nyaman dan merasa perlu untuk mempertahankan dirinya.

'Setiap orang tua adalah guru bagi anaknya' mungkin kata-kata ini ada benarnya. Dimana setiap anak yang lahir itu dibekali dengan potensi yang dapat diarahkan ke arah baik maupun buruk. Merupakan kewajiban orang tua untuk memanfaatkan pontensi ini yakni dengan menyalurkan ke arah yang lebih baik. Karena apa yang dilakukan dan yang diberikan orang tua dalam mendidik anaknya akan terus ada dalam benak mereka. Sikap positif maupun negatif yang diberikan orang tua akan menjadi kesan yang berpengaruh dalam watak dan prilaku anak. Merupakan kewajiban orang tua untuk mendidik anak dengan baik, membiasakan berprilaku dan berakhlak mulia serta menunjukan dan memberikan kepada mereka suri teladan yang baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar