Sabtu, 31 Juli 2010

Bayi Prematur Rawan Kebutaan

Bayi yang lahir secara prematur memang mempunyai resiko yang tinggi terhadap gangguan tumbuh kembang maupun kelainan fisik. Namun, itu bukan berarti bayi yang lahir secara prematur tidak bisa bertahan hidup seperti bayi yang lahir secara normal lainnya. Dewasa ini, teknologi di bidang neonatologi (ilmu yang mempelajari bayi yang baru lahir) mampu membuat bayi yang lahir secara prematur dapat bertahan hidup. Namun, tetap saja ada ancaman yang tak boleh dipandang sebelah mata. Yaitu, kemungkinan bayi terserang retinopathy of prematurity (ROP).

Apa itu ROP...?

ROP pertama kali ditemukan oleh Terry pada tahun 1942 sebagai Retrolental Fibroplasia, yaitu penyakit atau gangguan perkembangan pembuluh darah retina pada bayi yang lahir prematur.

Normalnya, retina atau bagian mata yang memiliki fungsi sebagai penerima bayangan objek sebelum diolah di otak, mulai terbentuk pada usia kehamilan 16 minggu. Retina ini akan mendapat suplai makanan melalui pembuluh darah yang tumbuh dari saraf optik menuju bagian tepi retina. Pembuluh darah retina sendiri terbentuk sempurna sekitar 2 minggu setelah bayi dilahirkan pada usia kehamilan normal, yaitu sekitar 40 minggu.

Klasifikasi ROP berdasar International Classification of Retinopathy of Prematurity (ICROP) menggunakan beberapa parameter. Yaitu, lokasi dari penyakit, perluasan melingkar dari penyakit (jam1-12), dan keparahan penyakit berdasarkan stadium (stadium 1-5).

ROP merupakan suatu kelainan yang terjadi karena pertumbuhan pembuluh darah retina yang abnormal dimana pembuluh darah retina belum terbentuk secara sempurna pada bayi yang lahir secara prematur. Paparan oksigen dalam waktu lama ketika bayi dalam inkubator menimbulkan reaksi. Yakni, terbentuknya garis demarkasi antara daerah yang sudah tumbuh pembuluh darah dan yang belum. Kondisi ini menstimulasi pembentukan darah baru yang abnormal.

Bayi prematur yang di rawat di inkubator dan diberi oksigen memang memiliki resiko terhadap ROP. Tapi tidak semua bayi prematur yang diberi oksigen rentan ROP begitupun dengan bayi prematur tidak semuanya ROP, hanya 20 hingga 30 persen untuk keseluruhan berat badan.

Faktor resiko ROP lainnya biasanya disebabkan oleh gangguan pernafasan dan gangguan jantung. Gangguan yang kerap ditemukan pada bayi yang baru lahir seperti sepsis, anemia atau kuning juga meningkatkan risiko untuk terjadinya ROP.

ROP sebenarnya bisa saja dicegah. Yaitu dengan cara mendeteksi secara dini bayi yang lahir secara prematur. Baik bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 36 minggu maupun yang lahir kurang dari 1.600 gram tapi kondisi klinisnya yang labil.

Screening dimulai ketika bayi berusia 4 sampai 6 minggu setelah bayi lahir. Yakni, pupil mata bayi dilebarkan selama 15 menit sebelum diperiksa. Dimana pemeriksaan menggunakan alat oftalmoskop indirek,yang kemudian ditentukan diagnosis berdasar kondisi mata bayi. Untuk terapinya berupa laser fotokoagulasi. Selain laser, ada juga cryoterapy. Bedah viterectomy dapat dilakukan apabilamengalami ROP berat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar